Interaksi berkualitas tinggi antara pelanggan individu dan perusahaan untuk bersama-sama menciptakan pengalaman unik adalah kunci untuk menjadi sumber baru keunggulan kompetitif. Nilai harus diciptakan bersama oleh perusahaan dan konsumen. Dalam sistem tradisional, ketika perusahaan memutuskan produk dan layanan yang akan mereka hasilkan, implikasinya mereka memutuskan apa yang bernilai bagi pelanggan. Dalam sistem ini, konsumen tidak memiliki  peran dalam penciptaan nilai, karena konsumen berada "di luar perusahaan." Penciptaan nilai terjadi di dalam perusahaan (melalui aktivitasnya) dan di luar pasar. Jadi,perusahaan memiliki peran produksi dan konsumen memiliki peran konsumsi. Dalam perspektif ini, pasar hanya dilihat sebagai tempat pertukaran atau sebagai kumpulan konsumen, terpisah dari proses penciptaan nilai  Jadi, pasar tidak memiliki peran dalam penciptaan nilai,tetapi pertukaran nilai.

Oleh karena itu,  pada konsep tradisional pasar adalah perusahaan-sentris termasuk proses penciptaan nilai. Akibatnya, perusahaan mengkonseptualisasikan manajemen hubungan pelanggan sebagai suatu target di dalam pengelolaan pelanggan. Interaksi antara perusahaan dan pelanggan tidak dilihat sebagai sumber penciptaan nilai. Pertukaran nilai dan ekstraksi adalah fungsi utama yang dilakukan oleh pasar, yang terpisah dari proses penciptaan nilai. Namun, arti nilai dan proses penciptaan nilai dengan cepat bergeser dari pandangan yang berpusat pada produk dan perusahaan ke pengalaman konsumen yang dipersonalisasi. Konsumen yang terinformasi, berjejaring, berdaya, dan aktif semakin mampu  menciptakan nilai bersama dengan perusahaan. Akibatnya interaksi antara perusahaan dan konsumen menjadi lokus penciptaan nilai dan ekstraksi nilai. Ketika nilai bergeser ke pengalaman, pasar menjadi forum untuk berkomunikasi dan interaksi antara konsumen, komunitas konsumen, dan perusahaan. Dialog, akses, transparansi, dan pemahaman tentang manfaat risiko inilah yang menjadi inti praktik penciptaan nilai .

Untuk memahami tentang pengalaman co-creation sebagai dasar penciptaan nilai (co-creation experiences as the basis for value creation) di bawah ini disajikan case Nike yang menerapkan pengalaman co-creation sebagai dasar penciptaan nilai:

Selama Piala Dunia 2006, Google dan Nike membangun kemitraan dengan membuat situs jejaring sosial, Joga.com. Mereka mengundang individu untuk memfilmkan keterampilan sepak bola mereka, mengunggah video yang memamerkan bakat mereka, dan kemudian komunitas jaringan mengomentari, menilai dan berbagi konten yang dibuat pengguna. Komunitas adalah juri untuk menentukan pemenangnya untuk setiap bulan. Joga.com mengundang individu untuk membuat profil mereka sendiri dan membangun jejaring dengan orang lain. Joga.com pada dasarnya adalah komunitas tematik yang memungkinkan individu untuk berbagi pengalaman sepak bola pribadi dan kolektif mereka. Dengan lebih dari satu juta penggemar berpartisipasi dalam upaya membangun merek yang inovatif ini, Nike memiliki kesempatan unik untuk belajar langsung dari pelanggannya

Joga.com, bukanlah inisiatif pemasaran Internet yang terisolasi. Nike mensponsori kompetisi sepak bola jalanan, membuat situs web yang menghubungkan pemain profesional dengan penggemar mereka, dan juga mensponsori program pemasaran Internet konvensional. Video Nike tentang Ronaldinho, striker Brasil yang terkenal di dunia, diunduh lebih dari 32 juta kali. Selain itu, di situs web ''Nike ID'', perusahaan mengundang dua puluh pemasok sepatu kets untuk bersaing dalam merancang sepatu baru untuk Nike. Perusahaan membuat kompetisi seolah-olah kompetisi tersebut adalah reality show dan kemudian meminta komunitas Internet Nike untuk memilih desain terbaik. Selain itu, penggemar dapat mengunjungi situs “Nike ID” untuk mempersonalisasi sepatu mereka sendiri dari berbagai gaya dan warna, termasuk memasang bendera negara yang ingin mereka sertakan di sepatu mereka..

Melalui banyak inisiatif ini, Nike terhubung dengan jutaan penggemar sepak bola di seluruh dunia. Peluang strategis bagi Nike adalah membangun dan mempromosikan penggunaan platform untuk  dapat membangun hubungan pelanggan dalam skala dan cakupan yang belum pernah ada sebelumnya. Mengelola inisiatif baru ini secara efektif awalnya merupakan tantangan baru bagi Nike yang merupakan sebuah organisasi tradisional yang berpusat pada produk. Perusahaan segera menyadari bahwa persaingan untuk mendapatkan keuntungan di pasar sepatu kets telah bergeser ke penciptaan nilai melalui pengalaman.

Dalam contoh sepak bola Nike, Nike dapat menghasilkan dan menyempurnakan ide-ide baru dengan cepat, mengumpulkan informasi tentang apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pelanggan dan bagaimana mereka ingin terlibat. Selanjutnya, Nike memanfaatkan kreativitas pelanggannya. Saat terlibat dengan komunitas pelanggannya, Nike dapat membangun mereknya dengan cara yang unik. Misalnya, pelanggan Nike memperoleh pengalaman berharga melalui partisipasi mereka dalam proses desain, dengan menjadi bagian dari penciptaan produk/layanan, membangun jejaring sosial dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama terhadap olahraga, dan mengurangi risiko ketidakpuasan mereka. Word of mouth yang positif dari masyarakat dapat mengurangi kegagalan produk-layanan baru dan yang tidak sesuai dengan pasar serta mampu mempercepat dan meningkatkan penerimaan pasar.

Dengan uraian case di atas, dapat disimpulkan bahwa co-creation adalah pendekatan “win more – win more” untuk penciptaan nilai yang tentu berbeda dengan konsep kolaborasi yang melakukan pendekatan “win-win” , dimana co-creation  dapat digunakan untuk membuka pertumbuhan berkelanjutan baru, keuntungan bisnis, dan peluang inovasi. Co-creation juga dapat digambarkan sebagai sebuah pohon, dimana pohon mewakili kekuatan organisasi ko-kreatif, cabangnya menggambarkan platform keterlibatan, batang menggambarkan aliran interaksi dan daun menggambarkan pengalaman lingkungan. Untuk menciptakan pohon yang kuat dan berkelanjutan, perusahaan harus membangun sistem manajemen ko-kreatif yang dapat menyemai pertumbuhan baru dan memperkuat akar pemikiran ko-kreatif dan budaya organisasi.

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved