INDIKATOR ENTREPRENEURSHIP

Inovasi (Inovatiiveness), Proaktif (Proactiveness), dan Mengambil Resiko (Risk Taking) merupakan 3 indikator entrepreneurship yang dikemukakan oleh Miller (1983). Indikator ini, selanjutnya dilengkapi oleh Lumpkins dan Dess (1996) dengan menambah 2 indikator baru yakni Agresif Berkompetisi (Competitive Aggresiveness) dan Otonomi (Autonomy). Oleh karena itu sampai saat ini indikator dasar entrepreneurship yang umum digunakan meliputi  Inovasi (Inovativeness), Proaktif (Proactiveness), Mengambil Resiko (Risk Taking),  Agresif  Berkompetisi (Competitive Aggresiveness) dan Otonomi (Autonomy)

Inovasi ( Inovativeness)

Inovasi menjadi faktor penting yang digunakan untuk mencirikan kewirausahaan. Inovasi mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk terlibat dan mendukung ide-ide baru, kebaruan, eksperimentasi, dan proses kreatif yang dapat menghasilkan produk, layanan, atau proses teknologi baru. Oleh karena itu, Lundvall (1995) mendefinisikan inovasi sebagai suatu proses yang secara terus menerus belajar, melakukan pencarian, dan menghasilkan produk baru, proses yang baru, bentuk organisasi baru, dan pasar yang baru

Proaktif (Proactiveness)

Manajer kewirausahaan berperan penting untuk meningkatkan  pertumbuhan perusahaan karena mereka memberikan visi dan imajinasi yang diperlukan untuk terlibat dalam melakukan ekspansi oportunistik dengan menerapkan strategi terbaik dalam memanfaatkan peluang pasar. Mereka juga mengambil inisiatif dengan mengantisipasi dan mengejar peluang baru dan dengan berpartisipasi di pasar. Oleh karena itu, proaktif (proactiveness) di definisikan sebagai kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan yang dapat mempengaruhi suatu lingkungan atau suatu keadaan (Bateman dan Crant,1993)

Mengambil Resiko (Risk Taking)

Cantillon (1734) adalah orang pertama yang secara formal menggunakan istilah kewirausahaan. Beliau mengemukakan bahwa faktor utama yang memisahkan pengusaha dari karyawan adalah ketidakpastian dan risiko wirausaha. Risiko memiliki berbagai arti, tergantung pada konteksnya, namun dalam konteks kewirausahaan, resiko tersebut dapat dikelompokkan dalam risiko pribadi, risiko sosial, atau risiko psikologis. Dengan demikian, konsep pengambilan risiko adalah kualitas yang sering digunakan untuk menggambarkan kewirausahaan. Oleh karena itu, mengambil resiko (risk taking) didefinisikan sebagai upaya untuk melakukan tindakan berdasarkan prediksi yang logis  dan akurat serta yang dipilih dari berbagai alternatif pilihan yang paling menguntungkan (Dew, R., 2009). Action, Logic Thinking, dan Gain Oriented menjadi indikator di dalam penerapan risk taking 

Agresif Berkompetisi (Competitive Aggresiveness)

Agresif Berkompetisi (Competitive Aggresiveness) mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk secara langsung dan secara intens menantang pesaingnya untuk mencapai entri atau meningkatkan posisi dengan tujuan untuk mengungguli pesaing industri di pasar. Bentuk Agresif Berkompetisi (Competitive Aggresiveness) dapat berupa konfrontasi langsung, misalnya, ketika sebuah perusahaan memasuki pasar yang telah dikuasai oleh pesaing lain, atau reaktif, misalnya, ketika sebuah perusahaan menurunkan harga sebagai tanggapan untuk menantang pesaingnya.

Otonomi (Autonomy)

Otonomi mengacu pada tindakan independen dari individu atau tim dalam memunculkan ide atau visi dan melaksanakannya sampai ide dan visi tersebut diwujudkan/selesai. Ini berarti kemampuan dan kemauan diri sendiri diarahkan untuk mengejar peluang. Dalam konteks organisasi, ini mengacu pada tindakan yang diambil harus  bebas dari hambatan organisasi yang menyesakkan. Jadi, meskipun faktor-faktor seperti ketersediaan sumber daya, tindakan oleh saingan kompetitif, atau pertimbangan organisasi internal dapat mengubah arah inisiatif usaha baru, ini tidak cukup untuk memadamkan proses kewirausahaan otonom yang mengarah ke entri baru: Sepanjang prosesnya, pemain organisasi tetap bebas untuk bertindak secara independen, membuat keputusan penting, dan melanjutkan

Kelima indikator Entrepreneurship tersebut merupakan indikator yang umum digunakan dalam entrepreneurship serta menjadi ciri umum dari seorang entrepreneur, dan merupakan konstruksi yang paling divalidasi dan paling banyak digunakan di literatur kewirausahaan (Anderson et al., 2015).. Disamping itu, kelima indikator ini diyakini akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan (firm performance) serta berkontribusi terhadap kinerja (Saeed et al., 2014).


 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved