Pendidikan vokasi menjadi jalan mudah bagi para generasi muda yang ingin mendapatkan skill yang mumpuni karena kurikulumnya memang dirancang untuk meningkatkan kemampuan di suatu bidang tertentu. Jika pada pendidikan akademik menekankan ilmu pengetahuan, sekolah vokasi menekankan pembelajaran yang terstruktur dan keahlian yang lebih driven atau terarah. 

Menurut data Kemenristekdikti, pendidikan vokasional di Indonesia terdiri dari 1.365 lembaga pendidikan, di antaranya 1.103 akademi kejuruan dan 262 politeknik. Pendidikan vokasi di Indonesia hanya 16 persen dari seluruh institusi pendidikan yang ada di tanah air. Hal ini jauh berbeda dibandingkan dengan negara China/ Tiongkok, dimana 56 persen perguruan tingginya merupakan pendidikan vokasi. (Kemenristekdikti), pada intinya sekolah vokasi diarahkan untuk mencetak lulusan yang siap bekerja sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini. Oleh sebab itu sekitar 70 persen dari isi program pembelajaran merupakan praktik di industri.

Komposisi pendidikan vokasi berbeda dengan pendidikan pendidikan akademik (sarjana) yang lebih menitikberatkan pada teori dengan komposisi 70% teori dan 30% praktik, jalur pendidikan vokasi justru kebalikannya. Pendidikan vokasi justru lebih banyak pada praktikum, alasannya karena vokasi punya tujuan mempersiapkan lulusan yang bisa menerapkan keahlian dan keterampilan di bidangnya, sehingga sistem pendidikannya lebih memberatkan praktikum. Keuntungan dari lebih banyak praktik adalah kemampuan praktis seperti hard skill, karena kita memang diarahkan untuk dapat bersaing di dunia kerja sejak menempuh pendidikan vokasi. Perusahaan akan lebih mempertimbangkan kita jika memiliki kemampuan yang tinggi di bidang yang relevan dengan cakupan mereka.

Selain itu, pendidikan vokasi juga memiliki program link and match, yang bertujuan menciptakan sinergi antara dunia pendidikan serta dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Program link and match ini bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja handal di bidang tertentu secara spesifik. 

Kemampuan-kemampuan  yang akan dilatih akan disesuaikan dengan job desk dari pekerjaan atau posisi tertentu di sebuah lembaga kerja, terlebih saat ini banyak lapangan pekerjaan yang memang lebih mengandalkan skill nyata untuk bisa langsung diterapkan. Selain itu, lebih banyaknya komposisi praktikum membuat lulusan vokasi jadi lebih terampil dan nilai skill praktiknya meningkat. Ahkhirnya, lulusan vokasi memiliki keahlian bekerja yang sudah sesuai minat dan spesifik, jadi perusahaan  tidak perlu repot-repot lagi menyaring skill dari calon karyawannya.

Hasil dari pendidikan vokasi yang mengedepankan 70% praktik menjadi jawaban dari permintaan dunia industri maupun dunia usaha. Para lulusan yang berkualitas dan berkompeten memiliki banyak kesempatan untuk mendapat pekerjaan lebih cepat, khususnya untuk program studi yang memang menjadi incaran banyak perusahaan. Ditambah lagi, adanya program Kemenperin link and match bisa meningkatkan peluang bekerja. Program ini merupakan upaya kerja sama antara pihak sekolah vokasi dengan industri perusahaan. Pada umumnya, satu perusahaan bisa membina beberapa sekolah. 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved