Mendidik dan mengajar, merupakan dua kata yang menjadi satu. Artinya pada saat mengajar secara bersamaan, terjadi juga mendidik atau sebaliknya. 

Sayangnya, terkadang para pendidik/guru mengeluh tidak punya waktu untuk mendidik, semua mengejar materi dengan fokus pada mengajar.

Tidak bisa dimungkiri jika adanya guru yang profesional, baik, dan mudah diterima oleh siswa sangatlah penting sehingga mampu mengintegrasikan keduanya menjadi satu.

Memang tidak semua pendidik/guru, mampu melakukan itu. Sebab bisa jadi, seorang pendidik pandai mengajar, tetapi belum tentu ia mampu mendidik dengan baik. 

Mungkin terkadang kita tumpang tindih mengartikan mendidik dan mengajar, dalam arti mendidik sama dengan mengajar atau sebaliknya.

Mendidik artinya proses transfer pengetahuan dan nilai, melalui kegiatan keteladanan dan pembiasaan. Bobotnya adalah pembentukan sikap mental/kepribadian. Mendidik jauh lebih luas dari pada mengajar. 

Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam jangka waktu yang dekat atau singkat atau secara instan. Mendidik merupakan kegiatan integratif olah pikir (literasi dan numerasi), olah hati (etika), olah rasa (estetika) dan olah raga (kinestetik). 

Sedangkan mengajar artinya proses mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan semata. Bobotnya adalah penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu. 

Hasil dari mengajar dapat langsung dilihat atau diukur berupa instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis. 

Selain itu, masih banyak guru yang mendidik ataupun mengajar dengan tidak memakai hati, melainkan dengan menggunakan “tangan besi” atau kekerasan, baik verbal maupun non verbal.

Akibatnya banyak peserta didik yang terluka perasaan dan hatinya. Kekerasan, baik verbal maupun non verbal nyatanya tidak akan mengubah mental dan sikapnya peserta didik, justru akan menjadi tambah ”liar”, terpuruk, down, karena adanya stigma dengan ucapan atau predikat yang dialamatkan kepada peserta didik.

Lalu, bagaimana mewujudkan Mengajar dengan hati di sekolah?

1. Kelembutan sikap

Salah satu modal utama cinta adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan melahirkan cinta, dan perasaan cinta akan semakin merekatkan hubungan antara guru dengan siswanya. Bila seseorang mencintai sesuatu, pasti ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya tersebut. Jika siswa selalu menemukan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa gurunya memang mencintai mereka. Hampir semua guru berkeinginan untuk mencintai dan dicintai siswanya.

2. Mengatur emosi

Jika guru emosi maka segera duduk, jangan dengan berdiri apalagi dengan berkacak pinggang. Jangan sampai mengeluarkan perkataan buruk karena bagaimanapun juga guru adalah contoh bagi peserta didik.

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved