Pendidikan vokasi menjadi pilihan sekolah yang tepat di era globalisasi ini. Selain banyak yang membuka program sarjana terapan, sekolah vokasi melatih praktikal jauh lebih banyak dibandingkan pendidikan teori, sehingga tidak mengherankan jika lulusan vokasi lebih banyak dibutuhkan perusahaan karena dianggap lebih siap terjun ke dunia kerja, apalagi ada berbagai keuntungan yang bisa didapat saat masuk sekolah vokasi.

Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi untuk mengetahui seperti apa model pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan sebelum masuk ke sekolah vokasi. Serta bagaimana bentuk dari penerapan sekolah vokasi kepada siswanya agar dapat menghasilkan mahasiswa yang siap kerja di dunia perindustrian.

Penerapan sistem Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) Vokasi pada sistem pendidikan tinggi dan pemberlakuan peraturan tentang standar nasional pendidikan tinggi (Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015), perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan KPT tersebut.Pada Pasal 11 Ayat 1 Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 dinyatakan bahwa karakteristik proses pembelajaran bersifat:

1. Interaktif

Interaktif ini artinya antara pengajar dan yang diajar harus ada timbal balik atau interaksi dalam menjalankan metode pembelajaran, baik secara praktik dan akademik. Dengan adanya interaksi antar keduanya akan memudahkan siswa dalam memahami apa yang sedang dipelajari. Selain itu interaktif juga menumbuhkan rasa kepercayaan antara siswa kepada pengajarnya.

2. Holistik

Metode pendidikan holistik menjadi salah satu metode yang perlu dipahami oleh orangtua sebagai alternatif pembelajaran untuk anak-anak dan guru artinya keseluruhan harus memahaminya.

3. Integratif 

Integratif ini maksudnya adalah antara keduanya harus memiliki kesepemahaman yang sama sehingga mewujudkan tujuan yang sama.

4. Saintifik

Saintifik adalah model pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan. Dan banyak lagi modelnya seperti, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, atau juga dikenal sebagai (Student Centered Learning) menjadi pilihan pendekatan yang tepat untuk mengimplementasikan KPT. SCL merupakan paradigma yang terus berkembang walaupun tidak serta-merta menghilangkan atau menghapuskan pendekatan pembelajaran yang lain.

Menurut Bukit model-model yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, di antaranya  sebagai berikut :

1. Model pendidikan di dunia kerja (company model) adalah pendidikan tenaga kerja yang dilakukan secara penuh di perusahaan atau biasa disebut magang;

2. Model pendidikan di sekolah (school based) adalah pendidikan kejuruan yang dilakukan di sekolah. Seluruh sistem pelaksanaan, fasilitas, anggaran, dan pengelolaan merupakan tanggung jawab sekolah khususnya pemerintah. Model ini menempatkan industri hanya sebagai model saja;

3. Cooperatif model atau pendidikan sistem ganda (PSG). Model pendidikan ini dilakukan secara bersama-sama antara sekolah dan dunia kerja. Model ini merupakan kombinasi dari school based dan company model yang dipercaya dapat mengatasi kelemahan dari masing-masing model tersebut; 

4. Model school based enterprise atau dikenal dengan Unit Produksi (UP). Model ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di lingkungan sekolah dengan maksud memberikan pengalaman kerja nyata di sekolah sekaligus menambah penghasilan sekolah.

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved