Di Indonesia ada dua jenis istilah yang digunakan untuk pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja, yaitu pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan jalur formal yang diselenggarakan pada jenjang pendidikan tingkat menengah atau yang akrab disebut dengan SMK sedangkan pendidikan vokasi merupakan jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi seperti Politeknik, Sekolah Vokasi, Akademi dan sejenisnya. 

PENDIDIKAN KEJURUAN atau pendidikan menengah (SMK) mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Namun berdasarkan fakta yang ada, lulusan SMK tidak hanya dapat bekerja pada bidang tertentu, tetapi juga bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan wirausaha. Oleh karena itu lulusan SMK bisa bekerja di dunia kerja dan dunia industri, melanjutkan ke perguruan tinggi khususnya ke pendidikan vokasi, atau pendidikan profesi, atau menjadi guru SMK dan wirausaha.

Pendidikan vokasi menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Program pendidikannya meliputi Diploma: D1/Ahli Pratama, D2/Ahli Muda, D3/Ahli Madya dan D4/Sarjana Terapan yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1. 

Adanya pendidikan vokasi dapat menciptakan sumber daya yang siap kerja karena pada pendidikan ini lebih mengedepankan ilmu praktik yang bisa langsung diterapkan di dunia kerja sehingga tidak buang-buang waktu untuk menguasai ilmu yang spesifik.

mahasiswa lulusan vokasi akan diberikan keterampilan khusus yang menjadi bekalnya di masa depan yaitu pengalaman kerja. Mereka juga akan menyandang gelar vokasi atau gelar ahli madya saat sudah selesai menyelesaikan studi.

Meski pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi memiliki definisi yang berbeda, pada prinsipnya pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi adalah sama, yakni pendidikan yang memberikan bekal sesorang untuk bekerja. Perbedaan pendapat yang sering muncul antara pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasional sebenarnya disebabkan oleh lingkup penggunaanya saja.

Filsafat pendidikan merupakan salah satu landasan terpenting dari suatu penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka memenuhi tujuan pendidikan. Seperti pendidikan lainnya, hal ini juga tidak terkecuali dengan pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi. Terdapat aliran-aliran pendidikan yang memiliki pandangan mengenai pendidikan vokasi kejuruan di antarany adalah sebagai berikut.

1. Eksistensialisme

Filsafat pendidikan yang berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Hal ini sejalan dengan penjelasan UU No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan teknologi kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.

2. Esensialisme

Filsafat yang berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenagakerjaan, serta religi dan moral (Suyitno, 2020).

Selain itu, menurut Brown (2007) terdapat tiga dimensi yang harus ada dalam pendidikan kejuruan yang antara lain adalah sebagai berikut.

1. Vocations are the result of a historical and cultural process of social construction and institutionalization. Berarti vokasi adalah hasil dari proses sejarah dan kebudayaan konstruktif institusional.

2. Vocations are established as individuals perform work-based activities and \"do\" specific things, i.e. concrete work tasks that respond to social needs. Vokasi dibangun atas individu yang memiliki kepentingan aktivitas yang berbasis kerja, misalnya untuk melakukan hal spesifik seperti tugas konkret yang dibutuhkan oleh masyarakat atau industri.

3. Vocations establish demarcations between and internal coherence within different areas of working life. Vokasi membangun demokrasi antara koherensi internal dalam berbagai bidang kehidupan kerja.  

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved